Pengikut

Rabu, 22 Juni 2016

Penanganan Anak Penakut



A.  Anak yang Penakut

1.      Pengertian
Takut adalah emosi yang kuat dan tidak menyenangkan, yang disebabkan oleh kesadaran atau antisipasi akan adanya suatu bahaya(Schaefer&Millman,1981). Rasa takut dipelajari tetapi ada pula ketakutan yang bersifat instinktual. Anak-anak menalami teror atau ketakutan dalam jumlah yang lebih besar mengenai berbagai hal atau situasi. Ketakutan yang tidak beralasan dan sangat kuat merupakan hasil dari keadaan panik.
Ketakutan yang khas pada masa kanak-kanak meliputi rasa takut terhadap gelap, takut ditinggalkan, takut terhadap suara keras, penyakit, hantu, binatang, orang asing dan situasi yang tidak dikenal. Secara lebih rinci terdapat tiga faktor yang mengidentifikasi sebagai sumber ketakutan pada masa kanak-kanak (Schaefer&Millman,1981), yaitu sebagai berikut :

a.    Luka fisik seperti racun, perang, oprasi dan ketakutan untuk diculik
b.    Badai seperti kejadian-kejadian alam, huru-hara, keadaan gelap, kematian ( ketakutan ini menurun sejalan dengan bertambahnya usia)
c.    Stres psikis seperti ujian yang dihadapi, kesalahan yang dilakukan, kejadian-kejadian sosial, sekolah dan kritik
Sekurang-kurangnya 50% anak memiliki ketakutan umum terhadap anjing, situasi gelap, petir dan hantu, dengan 10% dari mereka mempunyai dua atau lebih ketakutan yang bersifat serius. Ketakutan sangat umum terjadi pada usia 2-6 tahun. Dari usia 4-6 tahun ketakutan imajiner seperti ketakutan terhadap hantu menonjol dan mencapai puncaknya pada usia 9 tahun, dan kebanyakan menghilang pada usia 10 tahun.
Data statistik penting yang berkaitan dengan sekolah menyebutkan bahwa 20% anak merasa takut terhadap tes dan mengerjakan tes dengan buruk karena rasa takut tersebut. Dari sudut pandang positif kita dapat melihat bahwa ketakutan meningkatkan pertahanan dengan menjadikan seseorang lebih waspada terhadap bahaya dan mempersiapkan seseorang untuk melindungi dirinya sendiri. 

2.      Penanganan
a.       Bermain
Bermain merupakan sebuah cara allami untuk mengendalikan perasaan dan kejadian-kejadian. Dengan bermain anak belajar bagaimana cara mengendalikan rasa takutnya karena ketakutan dapat dikendalikan dalam situasi bermain. Sebagai contoh, anak yang takut dengan air dapat diajak untuk bermain air. Dengan bermain air anak akan menjadi terbiasa dengan air. Bermian pura-pura juga merupakan salah satu cara untuk membantu anak mengendalkan ketakutanya, sebagai contoh, untuk mengantisipasi ketakutan anak terhadap dokter gigi yang akan memeriksa gigi anak di sekolah, anda dapat mengajak anak bermain pura-pura menjadi pasien dan dokter gigi.
b.      Menunjukan empati dan dukungan
Jika anak menilai anda sebagai orang yang mampu memahami dan menolong, mereka akan lebih mampu menghadapi situasi yang menakutkan. Perhatian dan penghargaan dapat meningkatkan rasa aman pada anak. Cara yang sangat langsung menggambarkan empati adalah dengan memberikan anak kebebasan untuk berfikir dan merasa tentang apa pun. Ketika anak mengekspresikan rasa takutnya anda seharusnya meneriima ketakutan-ketakutanya dan membantu anak. Anak sering kali membutuhkan bantuan untuk memahami dan memberi makna pada kejadian-kejadian yang mereka alami.
c.       Mengekspos Situasi yang Menakutkan Kepada Anak
Anak yang takut terhadap dokter dapat diajak untuk mengunjungi sebuah rumah sakit. Anak yang takut terhadap petir dapat diajak bersama-sama menirukan suara petir, disertai dengan penjelasan yang dapat dipahami anak dan dapat mengatasi ketakutan anak.
d.      Menjadi Model
Anak belajar untuk tidak takut dari orang yang juga tidak takut dan mampu mengendalikan situasi. Dengan demikian, anak memperoleh pemahaman, lewat pengamatanya, bahwa apa yang mereka takuti sebenarnya adalah sesuatu yang aman.
e.       Memberi Reward (Penghargaan) terhadap Keberanian
Pujilah sekecil apa pun setiap langkah keberanian yang dilakukan anak. Selain pujian, reward konkret juga efektif bagi anak, misalnya, dengan memberikan cap stempel, bintang atau stiker atas keberanianya.


Daftar Pustaka

Hildayani Rini, dkk (2014). Penanganan Anak Berkelainan(anak dengan kebutuhan khusus).   Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar