A. Anak
yang Penakut
1. Pengertian
Takut
adalah emosi yang kuat dan tidak menyenangkan, yang disebabkan oleh kesadaran
atau antisipasi akan adanya suatu bahaya(Schaefer&Millman,1981). Rasa takut
dipelajari tetapi ada pula ketakutan yang bersifat instinktual. Anak-anak
menalami teror atau ketakutan dalam jumlah yang lebih besar mengenai berbagai
hal atau situasi. Ketakutan yang tidak beralasan dan sangat kuat merupakan
hasil dari keadaan panik.
Ketakutan
yang khas pada masa kanak-kanak meliputi rasa takut terhadap gelap, takut
ditinggalkan, takut terhadap suara keras, penyakit, hantu, binatang, orang
asing dan situasi yang tidak dikenal. Secara lebih rinci terdapat tiga faktor
yang mengidentifikasi sebagai sumber ketakutan pada masa kanak-kanak
(Schaefer&Millman,1981), yaitu sebagai berikut :
a. Luka
fisik seperti racun, perang, oprasi dan ketakutan untuk diculik
b. Badai
seperti kejadian-kejadian alam, huru-hara, keadaan gelap, kematian ( ketakutan
ini menurun sejalan dengan bertambahnya usia)
c. Stres
psikis seperti ujian yang dihadapi, kesalahan yang dilakukan, kejadian-kejadian
sosial, sekolah dan kritik
Sekurang-kurangnya
50% anak memiliki ketakutan umum terhadap anjing, situasi gelap, petir dan
hantu, dengan 10% dari mereka mempunyai dua atau lebih ketakutan yang bersifat
serius. Ketakutan sangat umum terjadi pada usia 2-6 tahun. Dari usia 4-6 tahun
ketakutan imajiner seperti ketakutan terhadap hantu menonjol dan mencapai
puncaknya pada usia 9 tahun, dan kebanyakan menghilang pada usia 10 tahun.
Data
statistik penting yang berkaitan dengan sekolah menyebutkan bahwa 20% anak
merasa takut terhadap tes dan mengerjakan tes dengan buruk karena rasa takut
tersebut. Dari sudut pandang positif kita dapat melihat bahwa ketakutan
meningkatkan pertahanan dengan menjadikan seseorang lebih waspada terhadap
bahaya dan mempersiapkan seseorang untuk melindungi dirinya sendiri.
2. Penanganan
a. Bermain
Bermain merupakan sebuah cara allami
untuk mengendalikan perasaan dan kejadian-kejadian. Dengan bermain anak belajar
bagaimana cara mengendalikan rasa takutnya karena ketakutan dapat dikendalikan
dalam situasi bermain. Sebagai contoh, anak yang takut dengan air dapat diajak
untuk bermain air. Dengan bermain air anak akan menjadi terbiasa dengan air. Bermian
pura-pura juga merupakan salah satu cara untuk membantu anak mengendalkan
ketakutanya, sebagai contoh, untuk mengantisipasi ketakutan anak terhadap
dokter gigi yang akan memeriksa gigi anak di sekolah, anda dapat mengajak anak
bermain pura-pura menjadi pasien dan dokter gigi.
b. Menunjukan
empati dan dukungan
Jika anak menilai anda sebagai orang
yang mampu memahami dan menolong, mereka akan lebih mampu menghadapi situasi
yang menakutkan. Perhatian dan penghargaan dapat meningkatkan rasa aman pada
anak. Cara yang sangat langsung menggambarkan empati adalah dengan memberikan
anak kebebasan untuk berfikir dan merasa tentang apa pun. Ketika anak
mengekspresikan rasa takutnya anda seharusnya meneriima ketakutan-ketakutanya
dan membantu anak. Anak sering kali membutuhkan bantuan untuk memahami dan memberi
makna pada kejadian-kejadian yang mereka alami.
c. Mengekspos
Situasi yang Menakutkan Kepada Anak
Anak yang takut terhadap dokter dapat
diajak untuk mengunjungi sebuah rumah sakit. Anak yang takut terhadap petir
dapat diajak bersama-sama menirukan suara petir, disertai dengan penjelasan
yang dapat dipahami anak dan dapat mengatasi ketakutan anak.
d. Menjadi
Model
Anak
belajar untuk tidak takut dari orang yang juga tidak takut dan mampu
mengendalikan situasi. Dengan demikian, anak memperoleh pemahaman, lewat
pengamatanya, bahwa apa yang mereka takuti sebenarnya adalah sesuatu yang aman.
e. Memberi
Reward (Penghargaan) terhadap Keberanian
Pujilah
sekecil apa pun setiap langkah keberanian yang dilakukan anak. Selain pujian,
reward konkret juga efektif bagi anak, misalnya, dengan memberikan cap stempel,
bintang atau stiker atas keberanianya.
Daftar
Pustaka
Hildayani Rini, dkk (2014). Penanganan Anak
Berkelainan(anak dengan kebutuhan khusus). Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar